Senin, 16 September 2019


Change The  Day


Awan hitam disertai angin kencang berhembus “Wussst...Wussstttt....wuuusttt...” berulang kali terdengar. “Der!Bruk! Dhok! Ngiiiik!” terdengar suara keras berulang-ulang membangunkan dari lamunku. Suara memekikkan telinga di setiap sudut ruangan menambah kengerian saat itu. “Bruuusssss.....” suara air jatuh tak ada sinyal membasahi bumi.
“Jemuraaaan!” teriak beberapa kamar di sebelahku. Semua berlari tak searah. Duduk di antara kekacauan yang membeku.
            Keluh dan kesah di setiap orang berjalan dan berlari berlainan arah di depanku. “Yah.. basah..padahal besok dipakai,” kata beberapa orang memajukan mulut.
“Duh..bagaimana ini?” keluh beberapa orang yang berada di dekat pintu ingin pergi. Raut wajah masam, kecut dari bibir mereka selalu mengerutu membuatku resah “Mungkin ini hari yang kurang baik,”begitu  pikirku.
Menepis sebuah pemikiran itu dan sedikit berharap akan mengubah sudut pandangku. Kekacauan terjadi beberapa menit yang lalu mengheningkan menit-menit selanjutnya. Semua orang dalam pemikiran masing-masing. Tak ada yang tau apa yang mereka pikirkan kecuali diutarakan. Sibuk dengan masalah masing-masing.
“Whuuuss...Wuuusss..Whuuusttt...” suara angin terdengar berulang-ulang dari luar. Beberapa detik kemudian suara pintu terdengar “Ngiiiiii-iiiik!”. Tak ada kata yang bersuara menanyakan bunyi suara. Suasana masih dalam keheningan seperti es.
“Jeglek, Sreek! Buk! Sree-ekk Buk!” suara terdengar berjalan perlahan mendekat. Raut wajah yang mulanya masam, kecut hilang menjadi wajah kepanikan dan kekhawatiran dibenak mereka. Mulaiku bingung dan lemas.
“Hei, coba cek! Salah satu dari kalian, siapa yang masuk pintu utama?” pinta Raira pada salah satu teman sambil melipat baju di ruang tamu.
“Kamu aja, Ra. Kamu kan jago tuh beladirinya,” balasku sambil membaca buku..
“Iya, benar!” seru teman-teman yang lain.
“Kalian ini,” balas Raira yang beranjak dari tempat duduknya.
Raira berjalan menuju pintu utama melewati garasi sepeda, tiba-tiba Raira teriak membuat seisi rumah gelagapan. Walau Raira jago melawan, tetapi dalam hati Raira juga merasakan dag dig dug di dada.
“Hei, Raira,” ucap khas Aara melambaikan tangan dari perbatasan pintu dapur dan garasi.
“Hei-ii!” teriak Raina yang terkejut saat melihat kepala Aara muncul dari pintu dapur.
“Hahahahaha...” tawa Aara melihat Raina terkejut sambil bersender di tengah pintu yang tak ada pintu.
Berakhir dengan kemarahan Raina dengan tingkah konyol Aara. Keributan terdengar dari ruang tengah menimbulkan ketegangan dan pertanyaan. Kegaduhan malam itu tak berakhir begitu saja. Kos perempuan yang tempatnya tak jauh dari kota listrik padam tiba-tiba. Kos menjadi ramai, kacau tak terkendali.
“Ehhh....Akkkk...” teriak teman yang berada di dalam kamar.
“Astagfirullah” lirihku mengelus dada.
Berjalan tanpa penerangan sunyi tak bersuara, hati yang tak karuan dan suara hujan yang masih membasahi bumi menemani setiap langkahku.
“Duk!” satu kata membuatku merinding di sekujur tubuh. Diam terpaku tak bersuara.
“Hei, siapa itu?” tanya seseorang.
“Duh, Ra. Kenapa?” tanya seseorang yang di belakangnya.
“Hei, Raina, Aara kok bisa barengan,” kataku.
“Biasa, Rei. Aara takut,” kata Raina.
“Enak saja, Raina tuh yang takut,” balas Aara tak mau kalah.
“Sudah-sudah, kalian ini gak ada yang mau ngalah,” kataku menengahi.
Semua berkumpul dalam ruang tengah menyalakan beberapa lilin sehingga satu ruangan terang. Mengelar karpet duduk bersama menambah keakraban salam satu keluarga.
Detik-detik ketengangan yang berakhir pikirku, satu kata membuat semua kembali membuat jantung berdetak cepat “Deg..deg..deg..”. Keringat dingin membasahi tubuh. Suara yang sedikit ramai menjadi kekacauan yang tak dapat kuhentikan.
“Eh, bayangan apa itu dari sudut pintu?” tanya Raira. Semua memnadang tegang.
“Aara ini yang lewat, bikin tegang saja Raina ini,” kata Aara yang segera meluruskan. Disambung dengan ketawa Raina. Candaan Raina membuat cair suasana yang tegang saat itu.
“Eh, sudah pada salat belum?” tanya salah satu teman.
“Sudah,” balas yang hampir berbarengan satu sam lain.
“Kenapa?” tanyaku.
“Tidak, hanya mengingatkan saja,”
Semua terdiam, merenung diri dengan pemikiran masing-masing. Waktu keheningan tiba di antara mereka. Rintik-rintik hujan yang pergi meninggalkan udara yang semakin dingin. Membuat bulu kecil berdiri merekatkan jaket yang kukenakan.
“Alhamdulillah,” kataku berbarengan dengan teman-teman yang lain.
“Akhirnya, bisa melihat wajah-wajah ceria kalian,” kata Raina yang diikuti pipi yang mengembang di antara mereka.
Saatnya kembali ke kamar masing-masing, satu persatu meninggalkan ruang tamu. Ruang yang ada banyak kehangatan karena kehangatan yang dibawa setiap individu pergi berubah dingin dan sepi.
Bersandar di bawah cahaya lampu yang menyala ditemani dengan udara dingin menyapa. Merenung dan menatap setiap sudut ruangan. Ruangan yang mengukir sebuah memori tersimpan dalam benakku. Pandangan yang salah mengenai suatu keadaan membuatku menyadari akan pentingnya bersyukur dan tak langsung mengeluh. Perlu menikmati setiap proses hingga kita menyadari tak ada hari yang kurang baik. Namun semua hari itu baik tergantung bagaimana menyikapinya dari sudut pandang sisi lain. “Hari ini adalah hari yang baik, walau semua berawal dari kekacauan. Namun, diakhir ada sebuah kebaikan dan kehangatan hati. Benar Raina!” kataku mengutakan isi benak di dalam diri.
“Yah.. memang manis dan mengemaskan suasana hari ini, hehehe,” balas Raina.
Satu hal yang dapat menyadarkan mereka tentang cara bersyukur dan menghargai tanpa mengeluh. Hari bisa berubah namun hari baik ditentukan dari sudut pandang setiap individu. “Mari change the day menjadi lebih baik!”.

Rabu, 04 September 2019


MEMELUK ANGIN


"Sinar mentari membawa angin kesejukan. Berlari melambaikan daun mendayu-dayu. Semilir angin datang membawa kehangatan. Jejak-jejak mengukir bumi membuat kisah berbagai rasa. Debu-debu menyapu jejak meninggalkan rasa yang tersimpan. Langkah yang tak dapat di raih harus direlakan menjauh. Berdiri di bawah langit menantikannya yang entah kan kembali lagi.
Sosok yang menghangatkan setiap kata dan sikap menenangkan hati. Sikap perhatian dan misterius menghiasi setiap langkah yang kujalani," kata Orlin dalam buku Memeluk Angin.
"Lin, Orlin?"
"Sebentar, La," sahut Orlin sambil menengok Aila lanjut membaca buku.
"Aila! buku?" kata Orlin yang terkejut dan meminta buku kembali.
"Yuk semua. Mari keluar dari sini sebelum jalan tak terlihat," Ajak Pak Laith.
"Yahh... padahal belum ketemu peran utamanya," kata Orlin memajukan bibir.
Mereka mulai bersiap mempersiapkan kaki tuk berjalan menjajaki hutan yang bercabang-cabang. Berjalan dengan perlahan bergandengan tangan hingga bertemu dengan ujung pohon.
"Pak, itu ada cahaya di sana," kata Aila menunjuk lurus.
"Wahh, sepertinya api unggun sudah di buat," balas Pak Laith.
Semakin semangat menuju cahaya di bawah sinar rembulan. Sinar memancar tak begitu terang untuk menerangi jalan yang dijelajahi.
Gelap malam ditemani semilir angin dingin. Mengalirkan energi badan tuk menari di samping api unggun.
"Lin, ke sana yuk! ikut bakar-bakar jagung di sekitar api?" Ajak Aila.
"Bentar belum ke temu tokoh utamanya,"
"Lin, bacanya sambung nanti lagi,"
"Ketemu RIN tokoh ceritanya," teriak Orlin kegirangan.
"Coba lihat ada kata-kata Rin, menarik ," kata Orlin memegang tangan Aila.
"Ya, terserah, mau Rin atau siapa," kata Aila menarik tangan Orlin ke arah api unggun.
Kesunyian malam sirna dengan senandung nada yang menari-nari. Perpaduan harmonis panas dan dingin menghangatkan tubuh Hati tetasa damai. Dari banyak orang berkumpul Orlin tetap fokus dalam dunianya. Aila yang sedikit berteriak memanggil berkali-kali karena tidak berdekatan. Semua menengok pada satu titik hingga sentilan itu mendarat.
"Iya, ada apa, Kak,"  kata Orlin yang tersadar sentilan seseorang disebelahnya.
"Perkenalkan nama kamu?" kata seseorang yang di samping.
"Oh.., saya Orlin," katanya dengan polos.
" Lalu, nama kakak siapa?"
"Afrin, panggil saja Rin," balasnya lembut.
"Serius, Kak? nama kakak persis seperti buku ini," katanya dengan antusias.
"Apa isi buku itu?," balas Afrin sambil menunjuk yang dibawa Orlin.
"Api yang memancar panas perlahan menyirnakan rasa dingin. Melihat keramaian di balut dalam tawa dan kesunyian malam. menghadirkan sebersit kerinduan yang telah lama pergi. Itu kata Afrin, bagus ya kata-katanya," kata Orlin semangat.
Orlin melihat sekeliling ternyata disekitarnya ada banyak orang yang menyimak bacaannya. Menenggok ke keseluruh putaran api unggun dengan tersipu malu Orlin hanya menunjukkan lesung pipi yang merekah.
"Oh, jadi ada di situ bukunya," kata Afrin lirih.
"Iya, Kak, mengatakan sesuatu?" tanya Orlin sedikit malu melirik Kak Afrin.
"Hmmm.... tidak," kata Afrin dengan melirikkan mata ke mana-mana.
"Okay, kita sudahi acara malam hari ini. karena sudah larut malam. Mari semua kembali ke tenda masing-masing. Ayok!" pinta Afrin menepuk kedua tangan.
"Orlin juga harus istirahat besok kita bersiap kembali," kata Afrin memegang pergelangan tangan Orlin.
“Aneh,” kata Orlin bingung.
Dibawah rembulan senyum yang terpancar dari bibir Afrin penuh misteri. "Orlin mulai sekarang kamulah peran utama di sini".

Jumat, 11 September 2015

Cerpen Jodoh Pasti Bertemu

KU TUNGGU PILIHAN ALLAH
Malam yang sunyi, membuat suasana damai. Aku duduk santai bersama ketiga temanku di ruang tamu. Tepatnya depan kos. Kita membicarakan berbagai hal dari masalah tugas kuliah, keadaan Indonesia, atau pun masalah jodoh serta kegalauan pun tak luput tertinggal.
“Emmm... Ran ada yang senyum-senyum nih?” kata Nana pada Rani, dengan menyenggol.
“Betul betul betul, ada angin apa Ya?” tanya Rani ke Ulya.
“Loh, kok aku sih Ran” bantah Ulya pada Rani
“Kali ini Ulya yang gak nyambung, hehe” kekeh Nana
Sambung Ulya saat di kasih kode Rani“Oooo, sebelah ku maksudnya?” sambil melirik ke kiri. Kemudian Nana dan Rani hanya manggut-manggut.
“Ih, apaan sih kalian biasa aja kali” cemberut Yati
Ulya, Rani dan Nana pun tertawa lihat sikap Yati yang salah tingkah. Tiba-tiba dari arah pintu keluar lah sesosok makhluk.
“Na, aku ke kamar dulu ya..” pamit Rani
“Ha, Iya” balas nana, sambil menenggok ke arah rani.
Begitu pula ulya yang menyadari kedatangan sosok itu, berlalu masuk ke Kos mengikuti rani. Nana masih bingung seperti biasanya belum Connec.
Sosok itu makin melangkah maju makin terlihat. Lalu Nana menyapa, “Eee... Kak Andi, cari siapa kak?”
“Yati” kata sesosok itu
Yati langsung balik muka ke belakang, ia terkejut melihat Kak Andi sudah ada di depan Kos.
“Udah, yat gak usah salting gitu, hehehe” sindir Nana
Kak andi ambil duduk di sebelah Nana. Karena aku kurang Nyaman duduk di sebelah Kak andi. Waktu yang pas saat kak Andi berdiri. Nana menyuruh Kak Andi geser sedikit, lalu aku berjalan untuk masuk ke kamar rani. Sebelum buka pintu kos. Nana dihalangi yati.
“Na, kamu tega meninggalkan kami berdua?” pinta Yati, sambil memelas.
“Iya bentar aja kok” kata ku (Nana) sambil berlalu pergi.
“Assalamu’alaikum”Kata Kak Andi
“Wa’alaikumussalam, ada apa kak, kok tumben ke sini? “ tanya Yati
“Pengen Ngobrol aja sama Yati” jawab kak Andi sambil senyum menggoda.
***
Pagi yang cerah semangatku kembali lagi setelah malam yang panjang mengantar tidur. Aku bersiap-siap pergi seperti biasa hari libur main ke kos temen. Aku berhenti ketika sampai di Depan kos yati. Tetapi hari ini hari yang berbeda, saat aku memasuki halaman kos Yati. Aku melihat yati duduk di kursi ruang tamu depan kos sedang termenung raut wajahnya begitu gelisah.
“Assalamu’alaikum” sapaku
“Wa’alaikumussalam” balas nya tersenyum
“Kok sendirian, ke mana Rani dan ulya”
“Ada di kamar masing masing”
“Ummm... kamu tidak apa-apa kan Yat”
“Aku pengen ice cream, Na”
“Yee.. orang nanya apa jawabnya apa. Nyebelin. Yuk ke tempat Ice cream di sapen” Sambil pasang muka cemberut aku ke Yati..
Aku dan yati berjalan beli ice cream, setelah sampai kita memilih tempat duduk menghadap kejalanan. Gak lama ice cream nya datang. Sambil menyantap dan mengobrol.
“mau cerita apa nih?” tanyaku
“Ini na, kok makin ke sini aku kurang yakin ya sama kak andi” curhatnya
“Kenapa, kok bisa” tanyaku lagi
“Aku kurang yakin aja, padahal kita sudah berjalan hampir lima bulan tapi kenapa hati ini ingin mengahiri sampai sini”
“Bukannya aku dan rani sudah selalu menasehatimu sebelum kamu bersama kak andi. Jangan kamu terlalu melayang sampai ke angkasa membawa hati dan perasaan kamu ke kak andi”
“Iya, penyesalan itu memang belakangan datengnya”
“Kamu pernah bilang ‘Na, Ran jika aku melenceng dan aku suka sama laki-laki ingat kan mimpiku biar aku gak sampai ke tahap pacaran ya’. kamu kan selalu dengar ingatan-ingatan ‘Ingat impian kamu Yat’ yang dilontarkan kita berdua tapi kamu selalu menyanggah” nasehat buat Yati
“Iya, na aku tahu aku salah. Kan aku udah bilang penyesalan itu datangnya belakangan”
“iya, aku paham itu. Sekarang apa keputusan yang ingin kamu ambil untuk kak andi?. Inget jangan PHP” tanyaku kepada yati
“Aku ingin ngomong jujur pada kak andi tapi aku kasihan e, sama kak andi. Kamu pernah denger kata ini? Tingkatan cinta  tertinggi versus Buya Hamka itu cinta karena kasihan”
“belum” jawab ku singkat
“ya sudah diteruskan saja hubungan kamu sama kak andi”
“Ih, Nana. Tapi aku gak bisa lho, gimana ini?” tanyanya dengan muka cemberut
“Emememm.. nyebelin juga kamu yat, katanya tingkatan tertinggi cinta yang baik itu cinta karena kasihan. Gimana sih?. Tapi saran aku sih kamu bicara terus terang sama kak andi kalau kamu sudah tidak suka sama kak andi dari pada kamu melanjutkan dengan dia dengan dasar kasihan tapi dalam lubuk hati kamu bilang tidak bisa. Saran ku jujur aja. Biar kedepannya menjadi lebih baik” nasehat ku, senyum.
“Caranya?”
“ketemuan langsung jangan lewat sms, kalau tidak bisa ketemuan teleponan aja. Bilang perasaan kamu yang sebenarnya, kalau kamu pengen mengakhiri hubunganmu berserta alasannya atau ajak aja jadi teman atau persahabatan. Bereskan???”
“Emmm... bagus tuh idenya. Ya sudah yuk lanjut minum”
***
Hari berikutnya selalu ada hari yang memberi kesan yang berbeda-beda. Hidup ini memang penuh lika-liku membuat kesan hidup yang menyenangkan. Hari yang tak terlalu membuat kaget UTS sudah menjadi makanan mahasiswa. Malam hari yang indah di penuhi berbagai materi. Materi siap di lahap, renyah sekali rasanya belajar bersama sahabat. Aku, ulya, rani, yati, isya dan yanti duduk dalam kamar ublek materi dan parahnya kami mendadak jadi hafidzah. Kali ini beda dengan hafidz/hafidzah lainnya.. yang pada umumnya mereka sibuk dengan hafalan al-qur’annya. Nah.. berhubung lagi temanya UTS, jadi hafidzahnya materi sesuai SAP :-D haha... buat  besok pagi. Makin renyah suasana ketika ada canda tawa sendau gurau di antara kita. Hingga semakin malam mengantarkan kami ke pulau kapuk ( baca: kasur).
Pagi pun menjemput, aku dan teman-teman yang lain siap berjuang melawan badai. Sebelum berangkat ada peristiwa yang membuat aku sedikit gemas pada Yanti.
“Eh, teman-teman selfie  yuk?” kata Yanti
“Yuk, sebelum tempur kita selfie dulu, biar semangat” kata Isya
Aku hanya mengeleng kepala sambil heran liat teman-teman yang mau selfie.
“Ayo...”seru yanti diluar
Akhirnya aku buru-buru siap-siap lalu ikut selfie juga.
“Eee, teganya tinggalin aku! Kalian ga tahu pow, aku pengen ikut”kata yati
“Iya ayo sini” balas yanti langsung ambil gaya
“Iya aku lagi pakai kaos kaki” buru-buru langsung gabung.
***
            Teng..teng tanda mulai ujian di mulai. Kami semua mahasiswa Tarbiyah mengikuti ujian dengan lancar. Jam terus berdetik, tak terasa waktu menunjukkan 30 menit. Aku melihat dari arah kanan, isya berjalan menuju pengawas, padahal waktu masih lama. Isya keluar pertama dalam ruang ujian.
“Subhanallah”ucapku lirih
“Udah mentok dari pada stres tidak nemu jawaban langsung dikumpul!” kata salah satu cowok dengan suara lantang
Ucapan itu membuat seisi ruangan tertawa karena semua yang diruangan juga merasa hal sama termasuk aku. Akhirnya ujian demi ujian telah di lewati. Usai sudah ujian hari ini. Sekarang kita tinggal menyantap tugas yang telah menunggu kedatangan kita.
***
            Tak bisa dipungkiri hari ke hari, selintas memikirkan masa depan kita bagaimana. Yang tak jauh-jauh  besok kita akan bersama siapakah?. Aku jadi bingung sendiri kamar ini seperti sepi tak ada penghuni. Ya aku paham lah mereka sudah disibukkan dengan Facebook dan BBM. Aku hanya mengeleng-geleng kepala. Lalu aku harusmelakukan apa. Ku putuskan untuk membuka laptop tuk mencari kesibukkan. Dengan kesibukan masing-masing kamar ini menjadi senyap. Tak lama kemudian aku, ulya dan yanti terkejut ketika mendengar suara yang mengelegar luar biasa.
            “EH.. NA LIHAT INI” Kata yati
            “Astaghfirullah” kata kita bertiga terkejut
“Ih yati ni kenapa sih?” tanya Ulya
“Ini lho, ada nikah massal gratis” jawab Yati
“Astaghfirullah Yat” kata Yanti geram
Aku hanya mengeleng kepala lihat pembicaraan ini.
            “Masak kamu mau nikah massal sih, Yat?”tanyaku
            “Nikah sama siapa?” balas Yati cemberut
            “Lha itu yang mau aku tanyakan, ya gak Na?” tanya Yanti pada Yati
“Emmm” jawabku singkat sambil senyum
“Udah pasti besok kita mengalami kok gak usah pada cemberut gitu dong, nih si yanti dah mau siap-siap dulu in kita, hehe” candaku pada Yanti
“Apaan sih, Na” sanggah Yanti
Pembicaraan ini membuat kamar menjadi ramai seperti pasar, canda tawa pun muncul diantara kita.
“Serius amat, ya?” tanya Yati
“Biasa bikin status, ulya kan up to date gitu” canda ku lagi, yang membuat Ulya senyum-senyum.
“Assalamu’alaikum” terdengar suara Rani dan Isya mengelegar.
“Wa’alaikumussalam” kata kami berempat
“Wah tambah seru nih kos” ucapku
“”Tambah rame tambah seru” lanjut Yanti
“Weh..weh.. pada ngomongin apa nih?” tanya Isya sambil duduk di dekat Yanti.
“Biasa... masa depan, Sya” kata Ulya yang sudah up date di fb
“Subhanaallah, apa tuh?” lanjut tanya Rani
“Ya gak jauh-jauh lah, kalau gak pendamping hidup, hehehe” kataku sambil lirik ke Yati.
“Apa sih, sebel jadinya” cemberut Yati
Kami pun tertawa dengan renyahnya, memang kos satu ini tak lewat dengan berisik. Sampai ada kakak tertua di kos mendatangi kamar kos yang rame dengan gelak tawa antara Aku, Rani, Ulya, Isya, Yati,dan Yanti.
“De’ jangan berinsik dong” tegur salah satu kakak kos
“Iya mabk, maaf” balas Yati
Aku jadi mulai berfikir sekarang aku bersenang-senag dengan lamunanku ketika teman-teman yang lain sedang asik bercanda yang menimbulkan gelak canda diantara mereka.
Aku berguman “Kira-kira besok aku bersama siapa ya?” dan pertanyaan itu selalu terbesit di antara kita semua.
Namun, Aku yakin suatu saat nanti aku, ulya, yati, isya, yanti dan rani akan menemukan jodoh yang sesuai dengan anganan dan sesuai harapan dengan apa yang difikirkan. Yang paling utama laki-laki sholeh yang taat pada Allah, karena Laki-laki yang taat pada Allah akan mengerti kewajibannya, sebagai suami kepada istri. Setiap orang pasti punya prinsip yang berbeda-beda apa lagi sifat semua orang itu berbeda-beda.  Aku mengerti setiap orang itu ingin memiliki pendamping karena telah di jawab persoalan itu dalam kitab Al-Qur’an yang suci.
“Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” [QS. An Nisaa (4):1].
***
“Na..na...na... kamu kenapa?” tanya Yanti
“Ha?Astaqfirullah” ucapku sambil tersadar dengan lamunanku yang menyenangkan
“Ya, ada apa?” tanyaku. Mereka pun tertawa hingga membuatku jengkel.
“Nana...nana.. melamun terus, sampai gak denger kita bicara apa” gemes Yati pada Nana.
“Lamun apa sih?” tanya Ulya
“Gak ada kok, dah lanjut ceritanya aku dengerin deh, maaf  ya” tungkasku
Ku lihat rani sibuk membuka-buka Al-Quran, ya aku gak heran memang Rani adalah ustazah diantara kita.
“Eh..eh.. ini ada ayat bagus dengerin ya aku baca in” kata Rani dengan muka serius
Kita hanya mendehem...
Mulai membaca...
اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur: 26)
“Wis keren suara kamu ni” tungkas ku kagum
***

Subhanallah sungguh luar biasa ternyata dan sudah dibuktikan bahwa Islam telah menjawab semuanya dan hal itu dibuktikan dalam Al-Qur’an. Akhirnya aku, yati, Ulya, Rani, yanti, dan isya mengerti bahwa Allah itu memilih kan seorang lelaki itu dengan baik. Mungkin saat ini kita hanya bisa menunggu dan menantikan seorang laki-laki yang bisa mendampingi kita dan menunggu untuk dijemput.” NO PACARAN AND NO COUPLE” prinsip The Six (Nana, Rani, Isya, Ulya, Yanti dan yati) Karena kita ingin mencintai suami itu karena Allah dan menjalin hubungan karena Allah. Sebab pilihan Allah itu lebih baik dari pada pacar yang selalu disetiakan, namun belum tahu akhir dari sebuah cerita percintaan.

Saat ulya membuka laptop, aku meminta putarkan lagu Melly Goeslaw feat Amee: ketika cinta bertasbih. Saat di putar lagu kami pun bernyanyi bersama-sama....

Bertuturlah cinta
Mengucap satu nama
Seindah goresan sabdamu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus Hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku padamu
Bisikkan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku padamu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit
Ketika Cinta bertasbih Nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta
Kami menyanyikan berulang-ulang hingga semua tersentak kaget ketika handphone semuanya berbunyi tanda ada peringatan dan ternyata dari FB. Mereka semua teriak.
“Ulyaaaaaaaaaa” teriak mereka pada Ulya dengan jengkel.
Ulya hanya senyum dan aku pun tak tahu apa yang terjadi.
“Pada kenapa sih” tanyaku dengan polos
Mereka pada tepok jidad sambil Yanti memberikan handphonenya padaku.
“Ooo... trus maksudnya apa?” responku
Semua pun nenggok ke Nana karna dari tadi gak connected.
“Nanaaaaaa...kebiasaan deh” kata sahabatku sambil geleng-geleng kecuali Ulya
Aku dan Ulya pun hanya senyum-senyum melihat semua teman-teman yang melototi kita.
TAMAT

Senin, 12 Januari 2015

Naskah Drama Etika Menawar
Topik Pembahasan                  : Hadits tentang  etika menawar dan melamar
Sub Topik Pembahasan           : Etika menawar
Sasaran yang akan dituju        : Anak-anak SMA kelas 1
Waktu dalam penyajian          : 30 menit
Tujuan                                     : Menjelaskan etika menawar melalui sebuah drama
Ringkasan cerita                      :
Musik              : <Maher Zain-Ya Nabi Salam Alayka>
            Kala itu di sebuah pasar elektronik ramai pembeli. Ahmad yang hendak membeli ponsel, mulai tawar-menawar blackberry gemini. Tiba-tiba seorang yang angkuh mendekatinya dan memotong pembicaraan Ahmad dengan Koh Suryo (pemilik konter), ikut menawar seenaknya saja. Dengan harga yang lebih tinggi seorang yang angkuh tadi menawar pada Koh Suryo dengan maksud menyaingi tawaran Ahmad. Akan tetapi Koh Suryo tetap melayani Ahmad karena dia yang pertama kali menawar. Dengan harga yang murah koh Suryo merelakan blackbarry nya. Seorang yang angkuh tadi ngotot dan marah-marah sama Koh Suryo. Kemudian Koh Suryo mengalihkan pembicaraan dengan maksud membenarkan apa yang benar. Koh Suryo kura-kura dalam perahu, alias pura-pura enggak tau malu merayu pacar orang angkuh tadi. Opsi ngajak nikah, Koh Suryo dengan PD didepan keramaian pasar. Orang angkuh tak terima dengan omongan Koh Suryo yang membuatnya panas ditempat. Dan membalas dengan melotot tegas bahwa pacarnya itu milik dia tidak boleh ada laki-laki lain yang boleh memiliki apalagi sampai menikahi. Begitulah cerita singkat drama ini, selebihnya akan di ceritakan pada ulasan cerita drama berikut.   J

Musik              : <Maher Zain-Ya Nabi Salam Alayka>
Cerita Drama
Narator                        : Suasana panas di pasar elektronik. Kebetulan saja sedang ada promo menarik khusus pembelian handphone  baru maupun second. Puluhan orang menyerbu pasar itu, begitu pula Ahmad. Sosok pemuda dekil, dengan tampang pas-pasan yang bermimpi disiang bolong dapat membeli blackberry seharga 500 ribuan. Mulailah Ahmad melirik kesana-sini, jatuh pilihannya pada toko Koh Suryo.
Musik              : <people talking in background sound effect. Mp3>
Ahmad                        : Assalaamualaikum ...
Permisi Koh, ada hp blackberry gak?
Koh Suryo       : Waalaikumussalam.. ada, mau cari yang apa? Barang baru apa second!
Ahmad                        : second koh, saya nyari yang harga 500 ribuan. Ada gak?
Koh Suryo      : Silahkan dilihat dulu... harga bisa nego.
Narator            : Ahmad pasang aksi detektif meneliti hp blackberry tadi. Tak lama kemudian Ahmad berani-beraninya nyeplos harga dengan enteng meminta bonus handset plus ring backtone.
Ahmad            : Blackberry ini 500ribu ya koh, kan barang second.... plus handset sama ring backtone gimana?
Koh Suryo      : Tambah dikitlaaah.... ini barang bagus emang second. Tapi baru dipake seminggu gak ada yang rusak, orangnya pengin ganti merek lain aja... garansinya masih resmi...
Narator            : Tiba-tiba datanglah seorang angkuh membawa pacarnya mendekati toko Koh Suryo. Seenaknya saja main nawar hp yang dalam tawaran Ahmad. Mereka terkejut melihat tingkah orang angkuh itu.
Orang angkuh: Koh, saya beli 750 ribu hp blackberry ini tunai.... sekarang juga! Bonus download ringtone ya...
Koh Suryo      : Maaf, nanti dulu ya mas.... bentar ya, mas ini masih nawar....
Orang angkuh: Saya kan juga lagi nawar?
Narator            : Dengan ketus orang angkuh tadi membela diri, namun Koh Suryo tidak menggubrisnya. Justru, Koh Suryo lebih perhatian pada Ahmad yang terlebih dulu menawar walaupun dengan harga murah.
Ahmad            : Koh... duit saya tinggal 600... 550 ribu ya, tawaran terakhir. Karena sisa uang yang 50 ribu buat makan sama ongkos pulang.....
Koh Suryo      : Oke, deal... 550 ribu plus handset sama ring backtone.
Ahmad            : Wah beneran, Koh?
Narator            : Koh Suryo menganguk tanda sepakat. Tak disangka orang angkuh memaki Koh Suryo dengan mata melotot di depan wajah Koh Suryo.
Orang angkuh : Hey! Koh ... yang bener dong,  saya kan nawar lebih tinggi  pasang harga 750 ribu, dia kan hanya 550 ribu... kok malah barangnya dikasih? Kok Suryo pernah sekolah gak sih! 
Narator            : Hampir kehabisan akal Koh Suryo menanggapi orang angkuh ini. Setelah berpikir sesaat Koh Suryo menemukan ide cemerlang. Dengan mengalihkan topik pembicaraan supaya Koh Suryo tidak terpancing emosi.
Koh Suryo      : Maaf gadis cantik ini teman apa pacar mas? (sambil menunjuk perempuan disamping orang angkuh itu).
Orang angkuh : Ini pacar saya kenapa emangnya? (mendadak pasang aksi romantis, merangkul pacar dengan tangannya)
Narator            : Apa boleh buat, ternyata pacarnya tersakiti. Mungkin karena terlalu kasar orang angkuh tadi yang mendadak merangkul pacarnya.
Si cantik          : Aduh... sakit tau mas!
Koh Suryo      : Mbak, mau gak nikah sama saya? Kalau mau, mbak saya kasih rumah sama mobil sekarang juga....
Orang angkuh : Hey! Kamu jangan macem-macem ya .., dia ini pacar saya.. enak aja ngajak nikah...
Koh Suryo      : Kan saya juga ngasih opsi dengan pilihan lebih baik... jadi istri saya.. dari pada cuma pacaran.
Narator            : Perkataan Koh Suryo membuat orang angkuh tadi membisu dan berubah dari raut muka marah menjadi raut muka merah karena malu. Dengan santainya Koh Suryo melanjutkan pembicaraanya.
Koh Suryo      : Mas juga marah, kan? Kalau pacar mas di lamar orang lain?
Narator            : Terkejutlah orang angkuh atas pertanyaan yang dilontarkan Koh Suryo padanya. Orang angkuh diam tanpa kata dengan wajah bengong. Si cantik kecewa sama pacarnya karena tak bisa menyakinkan cintanya.
Si cantik          : Aku pulang sendiri.. kita putus! Titik! (pasang muka kecewa sambil berjalan pelan menjauhi pacarnya)
Orang angkuh : Ayank.... Ayank... kamu kenapa sih? (sambil mengikuti si cantik dibelakangnya).
Si cantik          : Sorry ya, mas. Dari dulu yang aku cari suami, bukan sekedar pacar.........  (bergegas meninggalkan kekasihnya)
Narator            : Kejadian itu membuat Koh Suryo ingat pada perkataan Ustadz, dan seakan menjadi sosok “Kiyai” Koh Suryo melontarkan dalil berupa hadits Nabi.
Koh Suryo      : Pengajian kemarin, Ustadz Fathul Hidayat meriwayatkan sebuah hadits Shohih Muslim, dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad SAW. sabdanya: “Janganlah kamu menawar atau membeli barang yang sedang ditawar atau dibeli saudaramu (sesama islam) dan jangan pula kamu lamar perempuan yang sedang dilamar saudaramu, melainkan setelah diizinkannya”.
Musik              : <Maher Zain-Ya Nabi Salam Alayka>

TAMAT 

Tokoh/Pemeran Drama di atas:
Narator: Nafisah Pradipta Rahmawati
Ahmad: Fathul Hidayat
Si Cantik: Dini fauziyati
Koh Suryo dan Orang Angkuh : Hoerul Ansori